Bila saya dilahirkan saat zaman
pergerakan nasional dan diminta untuk memilih organisasi mana yang saya akan
masuki adalah Indische Partij yang didirikan oleh 3 serangkai yaitu douwes
dekker, Ki Hajar Dewantara, dan dr. ciptomangunkusumo. Mereka bertiga adalah
orang orang yang mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi. Dengan mengetahui
bahwa Indiche Partij adalah organisasi yang non-kooperatif dan bergerak dalam
bidang politik, itu sangat menggugah saya memiih organisasi tersebut bila saya
dilahirkan pada zaman pergerakan. Non-kooperatif yang berarti tidak ingin
bekerja sama dengan Belanda adalah tindakan yang tegas dan berani dikarenakan
pastinya Belanda mengecam organisasi tersebut adalah organisasi berbahaya. Bila
saya dalam organisasi tersebut, saya akan tetap meneruskan dan berani berjuang
karena saya pikir daripada berjuang setengah setengah lebih baik sekalian.
Bersama dengan tiga serangkai yang
mempunyai pemikiran yang hebat, saya akan memperjuangkan perjuangan tersebut.
Mereka pun juga mempunyai strategi yang hebat dengan mengganti nama Indische
Partij menjadi Insulinde agar Belanda tidak menganggap bahwa organisasi ini
berbahaya. Saya sangat menyukai strateginya dimana mereka bisa mengelabui
Belanda yang pada saat itu membuang dan memenjarakan aktivis aktivis dalam
organisasi Indische Partij. Karena pergantian nama itu, organisasi tersebut
tidak dianggap berbahaya. Yang saya suka dari organisasi ini adalah kekeras
kepalanya mereka yang tetap ingin melanjutkan perjuangan meski banyak pemimpin
mereka yang tertangkap.
Dengan mengikuti organisasi indische
partij, saya bisa aktif dalam memperjuangkan Indonesia. Saya juga salut dengan
para pencetus organisasi ini, salah satunya adalah Douwes Dekker yang meskipun
beliau orang Belanda namun ia rela membela Indonesia dan terus
memperjuangkannya. Berpolitik adalah salah satu cara untuk melawan Belanda
dengan melawan politik kolonial yang rasial. Ki Hajar Dewantara juga sangat
berani dalam menentang Belanda, terbukti saat Belanda ingin merayakan 100 tahun
bebas nya Belanda dari Napoleon Bonaparte yang begitu miris ketika Belanda
melakukan perayaan itu di tempat jajahannya. Maka Ki Hajar Dewantara pun
menulis artikel yang berjudul “Andai Aku Seorang Belanda” yang dikarenakan
artikel itu, beliau ditangkap.
Begitu hebat perjuangan para pemimpin
Indische Partij. Saya pun sangat jengkel dengan Belanda yang amat sangat
mengeksploitasi SDA dan SDM Indonesia. Dengan terpancing nya kejengkelan ini,
saya sangat ingin memasuki organisasi Indische Partij untuk membabat habis
Kolonial Belanda yang sewenang wenang. Mungkin saya akan menulis juga hal hal
yang mengkritik Belanda, tak apa dibuang atau diasingkan demi kelangsungan
negeri ku tercinta yaitu Indonesia.
tambahan nihh
Bila
saya diminta untuk memilih paham apa yang saya ingin ikuti adalah paham liberalisme.
Dimana paham itu mempraktekkan kebebasan individu. Ya, saya sangat menyukai
kebebasan individu yaitu masyarakat berhak melakukan sesuatu tanpa adanya
paksaan dan kekangan dari pihak lain seperti Negara atau pemerintahan. Tidak
seperti paham komunisme yang benar benar menghapus kebebasan individu dan
semuanya harus tunduk kepada Negara. Liberalisme akan membuat masyarakat lebih
bebas berekspresi. Contohnya seperti Negara Negara Eropa yang menganut paham liberalisme.
Mereka diizinkan untuk menikah dengan sesama jenis, dan sebagainya. Meski
disana masih terdapat standar ganda, yang beberapa kebebasan individu dilarang
seperti pemakaian kerudung. Apa yang saya inginkan adalah Negara yang menganut
kebebasan individu murni, tetapi bermoral. Mungkin memang sulit untuk
mendapatkan Negara yang seperti itu.
Tetapi, bila saya hidup sebagai pemimpin yang berpengaruh terhadap suatu
POSTED BY Unknown ON Selasa, 12 Mei 2015 @ 03.02